Sabtu, 19 April 2008

Muhammad Ibnu Sirin

Muhammad Ibnu Sirin

Ò Imam Ibnu Sirin al-Bashri dilahirkan di kota Bashrah, Iraq, pada 33 H atau (653 M).

Ò Ibnu Sirin hidup di abad pertama kekhalifahan Islam dan belajar fiqih serta hadits dari tangan para pengikut pertama sahabat-sahabat Rasulullah saw.

Ò Karya Ibnu Sirin yang paling termasyhur adalah Muntakhab al-Kalam fi Tafsir al-Ahlam (Kunci untuk Mengungkapkan Tafsir Mimpi), yang dipandang oleh para penafsir mimpi di dunia Islam sebagai sumber pengetahuan utama yang telah memperkaya jiwa para pembaca serta penafsir mimpi selama seribu tahun silam.


Ò Imam Ibu Sirin memandang mimpi dan arti pentingnya dari sudut pandang Islam, kebenaran yang menjadi landasannya dan yang disingkapkannya bersifat universal.

Ò Di antara tokoh yang hidup sezaman dengannya adalah Imam Anas Ibnu Malik, Imam Hasan al-Bashri, Ibnu 'Awn, al-Fudhayl Ibnu 'Iyadh, dan banyak tokoh lainnya.

Ò Para ulama dan ahli dalam bidang tafsir mimpi, orang-orang di Timur sudah sangat mengenal nama Imam Muhammad Ibnu Sirin yang sangat dihormati karena ketinggian ilmu dan kesalihannya.

Diceritakan bahwasanya Imam Hasan al-Bashri pernah bermimpi dan merasa gundah ketika terjaga. Ia kemudian ingat bahwa Imam Ibnu Sirin adalah seorang ahli tafsir mimpi. Karena sesuatu hal, ia mengutus seseorang kepada Imam Ibnu Sirin seakan-akan orang itu sendiri yang telah bermimpi. Images_13 Setelah utusan itu menceritakan mimpinya, Imam Ibnu Sirin berkata, Suruhlah orang yang bermimpi ini datang kepadaku menceritakan mimpinya‌. Didorong oleh rasa ingintahu-nya, pergilah Imam Hasan al-Bashri menemui Imam Ibnu Sirin dan berkata, Aku melihat diriku berada di sebuah rumah kosong dalam keadaan tidak berpakaian dan di tanganku ada sebatang tongkat yang lurus. Imam Ibnu Sirin menjawab, Rumah kosong melambangkan dunia yang semu, engkau tidak berpakaian karena engkau adalah seorang yang tidak mencintai dunia, adapun engkau memegang tongkat yang lurus maknanya adalah engkau menegakkan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar dengan ilmu yang engkau miliki. Imam Hasan al-Bashri bertanya lagi, Lalu bagaimana engkau mengetahui bahwa bukan utusan itu yang bermimpi?. Imam Ibnu Sirin menjawab, Menurutku tidak ada orang yang lebih pantas untuk bermimpi seperti itu selain engkau‌. Imam Hasan al-Bashri akhirnya memohon diri pulang dengan rasa hormat yang semakin besar kepada Imam Ibnu Sirin.

Tidak ada komentar: