Senin, 13 Agustus 2007

Corak Tasawuf Ma'ruf al-Kurkhi


Oleh : Amas Syaepul Arifin

Pada perkembangan Tasawuf, ada seorang sufi yang sangat terkenal pada masanya. Ketenarannya tidak hanya dikalangan umat Muslim saja akan tetapi pada umat non-Muslim juga sering diakui sebagai bagian dari mereka. Sufi itu adalah Ma’ruf al-Karkhi, nama lengkapnya adalah Abu Mahfudh Ma’ruf bin Fairuz al-Kurkhi / al-Karkhi (w. 200H./815M.). Perihal nisbah beliau al-Kurkhi atau al-Karkhi tidak diketahui alasan yang pasti. Akan tetapi diyakini bahwa al-Kurkhi atau al-Karkhi adalah : (1) nama sebuah kawasan di Irak Timur, (2) nama sebuah pemukiman di Kota Baghdad. Di tempat inilah sufi itu menetap hingga wafat.

Ma’ruf al-Karkhi dilahirkan dari keluarga Nashrani. Sejak kecil Ma’ruf dididik di lingkungan Romo dan dibekali dengan kepercayaan Nashrani. Ada sebuah kejadian yang menarik dari Ma’ruf al-Karkhi ini, yaitu ketika ada seorang Romo yang sedang mengajarkan tentang Tuhan dan menyatakan bahwa “Allah itu satu dari Trinitas”. Pada saat itu juga Ma’ruf menolak terhadap pernyataan tersebut, dan dia menyatakan bahwa Allah itu Maha Esa dan tidak dalam Trinitas. Karena pernyataannya itu melawan kepercayaan Gereja dan Romo tersebut, maka Ma’ruf diusir dari lingkungan Gereja, kemudian dia memutuskan untuk mengembara dan mencari sebuah kebenaran. Pada pengembaraannya itu bertemu dengan seorang Imam dari sekte Syi’ah Imamiyyah, yaitu Imam Ali bin Musa al-Ridha. Pada Imam Ali Musa ar-Ridha inilah dia belajar tentang banyak hal, dan pada akhirnya beliau menyatakan masuk Islam di hadapan Imam Ali bin Musa tersebut.

Perlu diketahui bahwasanya Imam Ali bin Musa al-Ridha ini adalah keturunan Ahlulbait, dan beliau dipercayai sebagai Imam kedelapan dari sekte Syi’ah Imamiyyah. Dan para Imam yang ada pada sekte Imamiyyah ini adalah : (1) Ali bin Abi Thalib, (2) Hasan bin Ali, (3) Husein bin Ali, (4) Ali Zainal Abidin, (5) Muhammad al-Baqir, (6) Ja’far as-Shadiq, (7) Musa al-Khadim, (8) Ali ar-Rdha, (9) M. al-Jawwad, (10) Ali al-Hadi, (11) Hasan al-‘Askari, (12) dan M. al-Mahdi. Imam Ali ar-Ridha memberikan pengajaran terpenting kepada Ma’ruf al-Karkhi, yaitu sebuah tradisi Intelektual dan tradisi Spiritual atau Ibadah.

Ketika sekian lama beliau belajar bersama dengan Imam Ali bin Musa al-Ridha, maka semakin kuatlah keimanan dan keyakinan beliau tehadap Islam. Maka beliau sudah mulai dipandang sebagai seorang yang mempunyai intelektual yang cerdas dan menjadi seorang sufi. Pada suatu ketika kedua orang tua Ma’ruf al-Karkhi sangat merindukannya, dan menginginkan beliau untuk kembali kepada mereka. Karena kerinduan kedua orangtuanya itu, maka terjadilah kontak batin antara beliau dengan Ibunya. Dengan perasaan itu maka beliau kembali kepada keluarganya dan bertemu dengan orang tua beliau. Setelah itu beliau ditanya oleh orang tuanya, Engkau beragama apa? Maka beliau menjawab : “Aku memeluk Agama yang suci”. Karena orang tuanya berjanji akan mengikuti Agama yang dipeluk oleh anaknya sebelum beliau merantau dan mencari kebenaran, maka ketika beliau mendapatkan Agama yang lurus menurut beliau maka orang tuanya ikut masuk kepada Agama tersebut. Setelah mendengar itu kedua orangtuanya berpindah Agama dari agama Kristiani kepada Agama Islam.

Corak Tasawuf Ma’ruf al-karkhi

Ma’ruf al-karkhi dikenal sebagai seorang sufi, maka setiap sufi mempunyai ciri dan corak yang berbeda dengan yang lainnya. Corak ketasawufan Ma’ruf al-karkhi bisa kita lihat pada ungkapan-ungkapan yang sering beliau keluarkan, yaitu sebagai berikut :

1. إن التصوف التوقى من الأكدار والتنقى من الأقذار

Menurut beliau Tasawuf itu melindungi diri dari segala sesuatu yang kotor dan membersihkan diri dari segala penyakit hati atau batin.

2. قال معروف الكرخى : توكل على الله حتى يكون هو معلمك وأنيسك وموضع شكواك

Ma’ruf al-Karkhi berkata kepada seseorang : “Bertawakkallah kepada Allah sampai kamu merasa Dia yang mengajarimu, mengajakmu dialog, sebagai gurumu, tempat curhatmu, kekasihmu, dan shahabatmu.

3. وليكن ذكر الموت جليسك لا يفارقنك

Mengingat kematian harus menjadi kebiasaan sehari-hari dan menjadi teman akrabmu, serta janganlah kamu menganggapnya sebagai pemutus.

4. واعلم أن الشفاء من كل بلاء نزل بك كتمانه

Ketahuilah bahwasanya obat dari setiap penyakit itu adalah yang ditrurunkan Allah kepadamu dengan kasih dan rahmatnya.

5. فإن الناس لا ينفعونك ولايضرونك ولايمنعونك ولايعطونك

Maka sesungguhnya manusia tidak akan memberi manfaat kepadamu dan memberi madharat kepadamu, dan tidak pula bisa menahan cahaya yang diberikan kepadamu serta tidak bisa memberi cahaya itu kepadamu.

6. كلام العبد لايعنيه خدلان من الله

Pembicaraan seorang hamba yang tidak bermakna baginya maka sia-sia dihadapan Allah.

7. إذا أراد الله بعبد خيرا فتح الله عليه باب العمل وأغلق عنه باب الجدل

Apabila Allah menghendaki seorang hamba baik, maka Allah akan membukakan untuknya pintu amal untuk berbuat baik dan menutup pintu jadal atau perdebatan yang tidak ada isinya.

8. وإذا أراد بعبد شرا أغلق عليه باب العمل وفتح عليه باب الجدل

Apabila Allah menghendaki seorang hamba jahat, maka Allah akan menutupkan untuknya pintu amal untuk berbuat baik dan membuka pintu jadal atau perdebatan yang tidak ada isinya.

Dari ungkapan-ungkapan ketasawufan Ma’ruf al-Karkhi di atas, maka kita bisa melihat sedikitnya tentang corak tasawuf dari Ma’ruf al-Karkhi. Yaitu diantara bahwasanya dia menekankan cinta kepada Allah swt dan menjadikan-NYA sebagai teman, shahabat dan guru di dalam mencari ilmu. Kecintaan dan kedekatannya itu menyebabkan kerinduan yang sangat kepada sang kekasih, dan menjadikan kematian sebagai teman duduk karena dengan kematianlah dia bisa bertemu dengan sang kekasih. Dan menyerahkan segala urusan dan perbuatan kepada Allah swt.

Doa Ma’ruf al-Karkhi

االلهم لاتجعلنا بين الناس مغرورين, ولا بالستر مفتونين, واجعلنا ممن يؤمن بلقائك ويرضى بقضائك, ويقنع بعطائك, ويخشاك حق خشيتك.اللهم إن السماء سمائك, والأرض ارضك, ومابينهما لك, فأت به. قال خليل فأتيت باب الشام فإذا ابنى محمد قائم منبهر.قلت محمد؟ قال بأبت كنت الساعة بالأنبار

Pesan Terakhir Ma’ruf al-Kurkhi

أبو بكر الزجاج يقول قيل لمعروف الكرخى فى علته: أوص, فقال: إذا مت فتصدقوا بقميصي هذا, فإنى أحب أن أخرج من الدنيا عريانا كما دخلت إليها عريانا

Abu Bakar aj-Juzzaz berkata : dikatakan kepada Ma’ruf al-Kurkhi : apa wasiatmu ketika dating ajalmu? Ma’ruf al-Kurkhi berkata : “apabila aku mati, maka shadaqohkanlah pakaianku ini. Maka sesungguhnya aku lebih menyukai keluar dari dunia (mati) dengan keadaan telanjang seperti masuknya aku ke dunia ini dengan keadaan telanjang.

Tidak ada komentar: