Rabu, 15 Agustus 2007

Tasawuf antara Jiwa dan Bid'ah

Oleh : Amas Syaepul Arifin

Pada satu sisi dapat disimpulkan bahwa tasawuf merupakan jiwa al-Qur’an, sementara itu ada pandangan bahwa tasawuf adalah bid’ah yang menodai kesucian Islam.

Dalam menanggapi suatu hal, setiap orang berhak untuk menentukan apakah dia suka atau tidak kepada suatu hal tersebut. Akan tetapi saat seseorang berbicara dan pembicaraannya itu mempengaruhi khalayak orang banyak maka dia harus hati-hati karena hal itu bukan sesuatu hal yang sederhana akan tetapi sangat menentukan nasib seseorang di masa mendatang.

Pada satu sisi disebutkan bahwasanya tasawuf merupakan jiwa al-Qur’an, atau bisa disebut juga hampir kebanyakan isi al-Qur’an menyarankan kita untuk bertasawuf. Di sisi yang lain ada yang beranggapan bahwa tasawuf adalah bid’ah yang menodai kesucian Islam.

Dalam pandangan saya jika memang benar tasawuf itu adalah jiwa al-Qur’an, maka tidak mungkin sesuatu yang keluar dari al-Qur’an bahkan itu dianggap sebagai jiwanya al-Qur’an mengeluarkan sesuatu yang bisa merusak kesucian Islam. Yang dimana al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam maka mustahil pula kitab sucinya umat Islam mencela agamanya sendiri, itu merupakan sesuatu yang aneh bahkan bisa disebut mustahil. Tasawuf adalah ilmu yang menyadarkan manusia terhadap makna hidupnya, tasawuf bisa dibilang berada pada seluruh aspek kehidupan dan mengajarkan untuk membersihkan seseorang dalam berpikir, berperasaan dan menjernihkan ruhaninya, baik itu dalam menjalani kehidupannya atau dalam pencariannya terhadap dzat yang hakiki. Maka apabila ada seseorang yang menganggap dirinya seorang sufi akan tetapi dia menjadi sesorang yang jahat dan hatinya menjadi busuk karena hal iu maka dia bukan seorang sufi dan dia bukan belajar menjadi sufi karena tasawuf tidak mengajarkan hal tersebut malahan tasawuf mengajarkan proses menjernihkan dan membersihkan bukan membusukan dan membuat seseorang jadi jahat. Kemudian ada cerita yang mengisahkan bahwa ada seseorang yang ingin mempelajri tasawuf dengan menyendiri dan meninggalkan kehidupan dunianya, supaya bisa beribadah kepada Tuhannya.

Dalam ilmu tasawuf seseorang tidak meninggalkan dunia akan tetapi tetap berada bersama manusia yang lainnya dengan membersihkan hati nurani dari keinginan atau syahwat terhadap kehidupan duniawi, bukan menghindari kehidupan dunia. Maka salah apabila seseorang mengaku sufi akan tetapi dia lari dari kehidupan dunia. Dan apakah mungkin seorang sufi melaksanakan sebagian perintah dan meninggalkan perintah yang lainnya. Maka dapat disimpulkan bahwa tasawuf bukanlah sesuatu yang menodai agama Islam akan tetapi dia menyadarkan kita dengan membersihkan, menjernihkan dan mensucikan pikiran, perasaan dan keruhanian kita terhadap Islam. Maka apabila ada anggapan begitu maka dia bisa disebut sebagai orang yang kecewa dengan tasawuf atau mungkin kurang mengetahui makna dari tasawuf itu sendiri.

Waallahu A’lam.

Tidak ada komentar: